MOTTO HIDUP :

Allah adalah Tuhanku, Muhammad adalah Nabi dan Rasulku, Qur’an Hadis adalah landasanku, Alam semesta adalah sumber inspirasiku, Ibadah dan amal adalah esensi kemanusiaanku, Insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang di ridhoi oleh Allah SWT adalah tujuanku, Jarak (s) adalah kecepatan (w) dikali waktu (t) adalah semangatku, Yakin usaha sampai adalah semboyanku

Senin, 16 Januari 2012

BJ. HABIBIE, PROF. FISIKA YANG RENDAH HATI DAN RELIGIUS.

BJ. HABIBIE, PROF. FISIKA YANG RENDAH HATI DAN RELIGIUS.
(Rusydin Maghani, alumni UIN yogyakarta dan Guru fisika pada  SMPN 3 Woha-Bima)

Pada tanggal 25 Juni yang lalu Bacharuddin Jusuf Habibie tepat berumur 73 tahun. BJ habibie begitu beliau akrab di sapa dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.

Masa kecil BJ. Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas
berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. BJ. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta

Tamat SMA di Bandung (l954) Masuk Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung sekarang ITB, Habibie hanya setahun kuliah di ITB yaitu 1954-1955. dan 10 tahun berikutnya dari Diplom-Ingenieur Bagian Mesin Jurusan Konstruksi Pesawat Terbang (1960) hingga Mendapat gelar Doktor-Ingenieur Bagian Mesin Jurusan Konstruksi Pesawat Terbang (1965) semuanya di Technische Hochschule Aachen Republik Federal Jerman. Kemudian menjadi Profesor Kehormatan/Guru Besar dalam bidang Konstruksi Pesawat Terbang pada InstitutTeknologi Bandung (ITB) (22 Maret 1977) Doctor of Science, Honoris Causa, Cranfield Institute of Technology Inggris (11 Juni 1993). Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.

Atas prestasinya yang luar biasa akhirnya Habibie meraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.

Ketika pada 10 Agustus 1995 dia berhasil menerbangkan pesawat terbang N-250 “Gatotkoco” kelas commuter asli buatan dan desain putra-putra terbaik bangsa yang bergabung dalam PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, kini menjadi PT Dirgantara Indonesia), dia diserang oleh kelompok yang tidak menginginkan ada tokoh yang lair dari tanah mereka. Sungguh ironis yang seakan-akan indonesia ini hanya milik satu suku anak bangsa. Padahal ketika habibie berhasil menerbangkan pesawat terbang N-250 kita harusnya bangga karena kita telah bisa membuat peasawat dari keringat kita sendiri yang pada akhirnya kita akan berani mengankat kepala di depan negara barat.

Keinginan Habibie mengakselerasi pembangunan sesungguhnya sudah dimulainya di industri pesawat terbang IPTN dengan menjalankan program evolusi empat tahapan alih teknologi yang dipercepat “berawal dari akhir dan berakhir di awal”. Ini adalah ide genius dari seorang BJ.Habibie karena untuk mewujudkan masyarakat Islam yang kuat maka harus membuat sebuah rancangan rencana manufaktur progresif untuk mencapai tingkat teknologi yang tinggi yaitu:

a) Pembelian lisensi untuk memproduksi barang dagangan yang ada di pasar dengan desain dan teknologi yang telah dipersiapkan oleh pihak penjual lisensi yang berada di dalam maupun di luar negeri. hasilnya adalah NC 212 lisensi dari Casa Spanyol.
b) Integrasi teknologi baik yang diperoleh dari hasil pembelian lisensi maupun pengembangan sendiri, yang memungkinkan modifikasi dan adaptasi untuk mendesain produk baru. hasilnya adalah “Tetuko” CN-235 berkapasitas 30-35 penumpang yang merupakan produksi kerjasama secara equal antara IPTN dengan Casa Spanyol.
c) Penciptaan teknologi baru dengan mempergunakan kemampuan teknologi yang telah ada dalam bentuk himpunan lisensi dan hasil litbang atau melalui pengalamanteknologi. hasilnya adalah “Gatotkoco” N-250 berkapasitas 50-60 penumpang yang dikembangkan dengan teknologi fly-by-wire dari Airbus.
d) Pengembangan sains secara besar-besaran untuk mempertahankan keunggulan teknologi yang telah dikuasai sehingga produk yang dihasilkan tetap unggul dan mampu bersaing di pasar dunia. yang diproyeksikan bernama N-2130 berkapasitas 130 penumpang dengan biaya pengembangan diperkirakan sekitar 2 milyar dolar AS.

Empat tahapan alih teknologi yang dipercepat didefinisikan “bermula dari akhir dan berakhir di awal”, memang sukar dipahami pikiran awam dan masyarakat yang terlalu mengedepankan superioritas etnis seperti indonesia. Sehingga konsep yang brilian ini harus berakhir dengan tragis yang walaupun pada saat itu pemeritnahan Orde Baru sangat mendukung program empat tahapan alih teknologi Habibie dengan menempatkan berbagai proyeknya sebagai industri strategis yang menyedot banyak dana. Satu di antaranya, yang paling spektakuler, adalah IPTN. Namun karena krisis moneter dan desakan IMF (barat) agar Pemerintah RI tidak lagi membantu pengembangan pesawat terbang dengan mencantumkan klausal pencabutan subsidi dalam Letter of Intent (LoI). Sehingga indonesia tidak akan pernah mapan secara teknologi dan akhirnya IPTN tidak berjalan sebagai mana mestinya lagi.

Selain prestasinya di bidang keilmuan dan teknologi Habibie juga cukup bagus di bidang politik. Terjun di bidang politik bukanlah suatu hal yang dia idamkan tetapi hal itu di mulai secara tidak sengaja ketika presiden Suharto memanggilnya untuk kembali mengabdi pada tanah air tercinta. Dengan prestasinya yang luar biasa akhirnya si ilmuan genius konstruksi pesawat terbang, selama 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan “professor” politiknya Soeharto. Pada masa emas kejayaan dengan segudang jabatan diemban, dialah manusia paling multidimensional di Indonesia. Ia manusia cerdas ajaib yang sempat menghadirkan selaksa harapan kemajuan teknologi demi kejayaan negeri ini.

Ketika beliau menjabat sebagai presiden beliau menawarkan opsi otonomi luas atau bebas menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor Timur, yang pada akhirnya melahirkan kontroversi. Keputusan ini mengakibatkan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban Habibie dalam Sidang Umum MPR RI hasil Pemilu 1999. Namun bagi sebagian orang keputusan habibie tersebut adalah sesuatu yang tepat karena bagaimanapun juga masalah timor timur adalah permasalahan internasional karena pada saat itu indonesia lagi krisis ekonomi maka sudah sepantasnya kita berdamai dengan masyarakat internasional dan mengembalikan hak rakyat timor timur karena dari awal kita sudah salah ketika kita melakukan manipulasi data pada jajak pendapat yang pertama di gelar. Dan yang harus di ingat timor-timur pada dasarnya bukan bagian dari indonesia namun karena semangat nasionalisme nusantara “Gadjah Mada”-lah yang mendorong pemerintah indonesia memasukan dalam negara NKRI. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Ia pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman, dan setiap mengunjungi Tanah Air selalu menjadi berita hangat.

Sekarang Bacharuddin Jusuf Habibie mengahabiskan hari-harinya di Jerman. Istri adalah alasan utama Habibie tinggal di Jerman. Pendamping hidup sekaligus teman suka dan duka yang sudah dikenal sejak anak-anak umur 14 tahun, dr. Hasri Ainun Habibie. Putri keempat H. Mohammad Besari itu disebut terbaring menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Jerman. Habibie ingin untuk selalu harus bisa mendampingi istri, dan harapnya istri juga akan selalu bisa mendampinginya. Menurut tim dokter yang menanganinya, Hasri Ainun belum dibenarkan tinggal atau berkunjung ke daerah tropis karena kelembabannya tinggi. Karena itu, tim dokter merekomendasikan untuk tinggal di Jerman sampai sehat secara tuntas.

Kepergiannya untuk bermukim di jerman dalam jangka lama, mengundang pertanyaan beberapa pihak tentang nasionalismenya. Namun sikap kegeniusannya dalam hal teknologi pesawat yang pernah dilahirkan indonesia dan umat islam di dunia karena jarang sekali umat islam mempunyai tokoh sains yang handal. Figur Habibie tetaplah melekat dalam ingatan jutaan anak bangsa sekarang dan akan datang. Dan Habibie akan terus di kenang sebagai genius, ilmuwan muslim sekaligus negarawan yang baik. Sebuah karakter yang jarang di miliki oleh pemimpin besar di dunia ini.

Itulah sosok dan kilas balik singkat perjalanan hidup B.J. Habibie, lelaki kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 ini. Dia penuh kontroversi dan merupakan sosok manusia paling multidimensional di Indonesia. Begitu banyak kawan-kawannya dan ada juga yang tidak seide dengan setiap konsep dan gagasan yang di uatarakan oleh tokoh industri pesawat terbang kelas dunia yang memperoleh berbagai penghargaan ini, salah satunya paling berkelas adalah Theodhore van Karman Award. Dan atas ide-idenya, Z.A. Hasymi, memasukkan Abdus Salam dan B.J. Habibie pada kelompok ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh dalam pembentukan pemerintahan yang mapan secara teknologi.

Mengapa Pakistan bisa melahirkan pemikir-pemikir kaliber dunia? Abdus Salam, Muhammad Iqbal ataupun Fazlur Rahman sedangkan kita tidak bisa? Hal itu terjadi karena pertama, mereka menggnakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah dan mengajarkan bahasa Inggris dalam porsi yang sangat tinggi dan menjadi bahasa resmi (official language), dan bahasa Urdu sebagai bahasa nasionalnya (National Language). Kedua, apresiasi terhadap sastra, sejarah, budaya dan ilmuwan lokal sangat tinggi. Umumnya orang Pakistan dengan fasih bisa bercerita tentang sastra, budaya ataupun sejarahnya. Penghargaan terhadap pujangga Muhammad Iqbal dan abdus salam misalnya, bisa terlihat dari kebanggaan orang Pakistan dalam memasang foto Iqbal dan Abdus Salam di dinding rumahnya. . Mereka menghargai para tokohnya itu untuk memacu diri untuk berprestasi dan melanjutkan prestasi yang sudah dicapai sebelumnya.

Selain Pakistan kita juga harus belajar dari Malaysia. Pada tahun 1970-an banyak sekali masyarakat malaysia yang belajar di indonesia. Pada waktu itu perguruan tinggi di indonesia masih bagus kualitasnya di bandingkan negeri jiran itu. Tetapi selang beberapa dekade kemudian kita bangsa indonsia yang akhirnya belajar pada malaysia. Tentu saja ini sangat memalukan. Perubahan drastis ini bukanlah rahmat dari langit tetapi malaysia telah berusaha untuk memajukan bangsanya hal ini bisa di buktikan ketika pada tahun 1980-an pemerintah malaysia mengirim para pemudanya untuk belajar ke eropa secara besar-besaran maka 20 tahun kemudian malaysia menjadi negara yang maju baik secara ekonomi maupun secara sumber daya manusianya.

Nah sekarang permasalahannya adalah berani ngak bangsa indonesia mengikuti jejak pakistan dan malaysia? yah minimal belajar menghargai tokoh besar seperti BJ. Habibie adalah permulaan yang baik seperti apa yang di lakukan oleh pakistan terhadap Abdus Salam dan Muhammad Iqbal. Mungkin dengan cara seperti itu akan lahir para ilmuwan besar di negara ini sehingga pada akhirnya negara kita bisa bangkit, berjalan dengan kepala tegak sambil menepuk dada “aku orang indonesia”

BJ. Habibie Apapun kata mereka tentangmu engkau tetap idola kami, semangat kami orang muda, mungkin juga idola dan semangat jaman saat ini. Semoga di usia senjamu engkau tetap semangat menjadi orang indonesia.

Integrasi Nilai-Nilai Islam untuk Pendidikan Fisika

Integrasi Nilai-Nilai Islam untuk Pendidikan Fisika
oleh rusydin maghani 
(alimni UIN yogyakarta dan guru fisika pada smpn 3 woha kab. bima)

Islam adalah ajaran yang Allah turunkan melalui Rasul-Nya sebagai agama yang paling sempurna bagi semesta alam (QS. 5:3). Allah telah memenangkan Islam atas ajaran-ajaran yang lain, kemenangan itu semuanya milik Islam sebagaimana telah Allah janjikan.

sebagai umat Islam, kita harus tetap optimis, bahwa janji Allah itu akan datang, membangkitkan dan memenangkan Islam walau mungkin membutuhkan waktu yang panjang. Optimisme yang dibutuhkan tentunya tidak lantas melahirkan kepastian, akan tetapi harus diiringi dengan upaya dan usaha yang dilandasi oleh iman. Untuk membangkitkan islam tentu membutuhkan semangat dan kekuatan yang besar kita harus melakukan pembaharuan di segala bidang misalnya integrasi nilai-nilai Islam ke dalam sendi-sendi kehidupan kita sehari-hari sehingga generasi islam tidak terasing dengan wajah islam yang sesungguhnya. Dan langkah yang terpenting untuk membangun kembali peradaban islam kita harus memiliki epistemology sendiri karena semasih kita mengikuti barat tampa memiliki epistemology sendiri maka kita akan berada di belakang barat karena tidak mungkin ekor menjadi kepala. Landasan epistemology harus di gali dari tiga unsur utama dalam islam yaitu al-Qur’an, al-hadist dan al-kaun (alam semesta) 

Al-Qur’an adalah landasan hukum yang pertama dan utama karena al-Qur’an adalah sebuah wahyu dari Tuhan yang harus kita patuhi dan kita gunakan sebagai barometer peradaban sedangkan al-hadist adalah penjelasan rasulullah terhadap teks ak-Qur’an (hermeneutik) yang bersifat absolut karena dia telah di beri wewenang untuk menafsirkannya. Sedangkan al-kaun adalah sumber hukum yang berlaku sepanjang masa karena dia adalah rahmat dari Tuhan untuk manusia, al-kaun tidak di pengaruhi oleh peradaban, sunatullahnya tetap statis semasih tuhan mengijinkannya, sehingga menjadikan al-kaun sebagai epistemology adalah suatu yang harus kita lakukan jika kita ingin membangkitkan kembali peradaban islam. Dan kita tidak semestinya mendikotomikan antara islam dan sains (yang merupakan hasil interpretasi terhadap al-kaun) 

Di tengah berkembangnya dunia pendidikan saat ini, banyak ide-ide yang sering muncul untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan sains, sejauh ini banyak sekali upaya para cendekiawan muslim untuk mengintegrasikan antara ilmu agama dengan sains. Sains dan agama bukan merupakan isu baru, demikian pula sains dan islam bukanlah isu baru didunia islam. 

Di Indonesia misalnya pemisahan antara ilmu agama dan sains masih terjadi dalam pelaksanaan pendidikan, padahal iman dan ilmu merupakan karakteristik insani, agama dan ilmu pengetahuan selalu dipandang sebagai sesuatu yang erat hubungannya dalam islam, iman tanpa ilmu akan menyebabkan kemunduran dan kefanatikan sedangkan ilmu tanpa iman juga akan menyebabkan kehancuran. 

Terjadinya pemisahan agama dari perkembangan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan yaitu pada saat umat islam meninggalkan ilmu pengetahuan. Pada saat itu yang terpengaruh dalam masyarakat islam adalah para ulama tarekat dan ulama fiqh. Keduanya menanamkan paham taklid dan membatasi kajian agama hanya dalam bidang tertentu. 

Di Indonesia, munculnya dikotomi pendidikan ini tidak lepas dari proses kolonialisme, mungkin apabila Bangsa Indonesia tidak dijajah maka bentuk pendidikan di Indonesia akan lain dari yang telah ada selama ini. Dikotomi pendidikan bukan hanya persoalan di Indonesia saja, tetapi merupakan masalah global, terutama yang dihadapi oleh negara-negara Islam. Sains biasanya dipandang sebagai usaha yang bersifat obyektif dan bebas nilai, maka ketika konsep sains islam dikemukakan orang lalu membantah bahwa ilmu fisika, kimia dan ilmu lainnya bersifat netral terhadap agama atau ideologi manapun. Dunia Islam bukan hanya menginginkan keterpaduan ilmu dibawah kendali wahyu, tetapi keterpaduan sistem pandidikan itu sendiri, walaupun itu bukan pekerjaan yang mudah untuk menyadarkan sekaligus menyamakan persepsi tentang pendidikan, terutama memajukan pendidikan yang terintegralistik. 

Dalam fenomena pendidikan yang dapat diamati sekarang ini sangat jelas sekali perbedaan yang menonjol antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama, kemajuan ilmu pengetahuan umum melaju dengan cepat dan mendapat perhatian yang lebih serius daripada ilmu agama yang termasuk dalam kategori ilmu budaya yang berada jauh di belakang. 

Dengan landasan yang ada selama ini, hasil pendidikan lembaga – lembaga pendidikan Islam, sulit bersaing dan kurang cukup memiliki keahlian yang dibutuhkan masyarakat global, karena selain bersifat sektoral juga tidak dapat bersaing dalam lapangan kerja yang sangat kompetitif pada masa yang akan datang, dan sebaliknya lembaga-lembaga pendidikan umum yang memisahkan antara ilmu pengetahuan dan ilmu agama, outputnya adalah pengembangan IPTEK, dimana akal lebih diutamakan dari pada iman dan takwa. Untuk menjembatani permasalahn di atas agar tidak ada lagi pendikotomian antara umum dan agama di indonesia yang merupakan mayoritas penduduknya islam maka model pendidikan yang harus di kembangkan adalah sebuah model pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai islam sehingga pada akhirnya output yang duhasilkan dapat menggali epistemologi IPTEKnya dari al-Qur’an. Dengan model pendidikan seperti ini maka indonesia akan mengarah pada suatu negara yang mapan secara teknologi karena telah mempunyai landasan IPTEK yang orsinil yang pada akhirnya bisa mewujudkan masyarakat yang ahli dalam teknologi dan mantap secara keimanan, masyarakat seperti inilah yang bisa bersaing dalam era globalisasi seperti sekarang ini. 

Hasil dialog dengan al-Qur’an kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian dan pembacaan yang menyeluruh terhadap al-kaun yang pada akhirnya kita bisa mengembangkan sains dengan epistemologi yang independen tampa harus mengekor pada barat yang sebenarnya hanyalah “sampah” dari masa kejayaan islam saja. Dan ini adalah suatu mekanisme yang harus kita jalani jika kita ingin menggapai kembali kejayaan islam yang di janjikan allah. sehingga masyarakat Indonesia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam secara kaffah. 

Secara historis, perang sains dan agama pun banyak mitosnya. Pada abad pencerahan, sains dan teologi ternyata bergandengan tangan seperti diperlihatkan Newton, Copernicus, dan Boyle. Newton dan Boyle, misalnya, berpendapat mengkaji alam adalah tugas keagamaan. Pengetahuan tentang kekuasaan dan kearifan Tuhan dapat dipahami melalui inteligensia yang tampak dalam desain alam semesta. Revolusi sains di abad pencerahan tidak bisa diartikan pemisahan sains dan agama. Pada masa itu, sains menjadi solusi bagi masalah-masalah teknikal. Sains dihargai ketimbang kebangsawanan dan kekayaan. Bahkan, sains memperkuat argumen-argumen penciptaan dan menentang ateisme dan skeptisisme yang dianggap merusak tatanan masyarakat yang stabil. 

Secara psikologis misalnya, harmoni sains dan agama adalah mungkin. Sains tidak memberikan kesempurnaan segalanya. Sains sangat diperlukan, tapi tidak mencukupi. Kebutuhan global dalam kesehatan anak, harapan hidup, tingkat literasi, persamaan kesempatan, produktivitas para pekerja, atau efisiensi konsumsi sumber daya. Sains dan teknologi belum mampu mengatasi kegagalan sistem pendidikan, kemunduran kota, kemerosotan moral, buruknya perawatan kesehatan, melambungnya utang negara, dan seterusnya. Kebutuhan manusia yang paling mendasar tidak mampu dipenuhi sains semata. Di sinilah peran agama sebagai provider kesadaran akan arah (sense of direction) dan harapan (sense of hope). Sementara sains sama sekali tidak berurusan dengan itu. Etika bisa saja otonom tanpa agama tapi sistem etika demikian belum mampu membuktikan reformasi budaya sepanjang sejarah. 

Ketika kita ingin menggali sains dari al-Qur’an maka kita harus juga melakukan dialog dengan al-kaun yang merupakan sumber hukum yang ketiga bagi islam sehingga seberapa universalpun hasil dialog kita dengan al-Qur’an tetapi setelah kita melakukan dialog dengan alam maka pada akhirnya kita akan bisa mengkongkritkannya dalam sebuah bentuk hipotesis yang berujung pada sebuah teori sains. Dalam arti setelah kita membaca, meneliti dan mendapatkan informasi tentang sesuatu yang berkaitan dengan sains dalam al-Qur’an maka kita harus segera mendialogkan hasil dari al-Qur’an tersebut dengan al-kaun (alam semesta) sehingga kita bisa mengkongkritkannya dalam sebuah bentuk hipotesis yang nantinya adalah sebuah teori sains. 

Relasi sains dan agama bisa bersifat konfliktual, independen, dialogis, maupun integrasi. Corak yang harus dikembangkan adalah corak dialogis untuk kemudian integrasi. Sains dan agama harus bersama-sama menghadapi bencana masa kini dan mendatang: ledakan penduduk, kelangkaan makanan, perubahan iklim, erosi dan kekeringan, penebangan hutan, limbah, ketimpangan kekayaan, dan masalah-masalah lainnya. 

Untuk itu, dua hal perlu dikemukakan, pertama, secara akademis perlu dikembangkan bidang studi sains dan agama. Bisa jadi bidang studi ini berkarakter hybrid dari sains dan agama, dan tidak memiliki materi yang unik dan metode yang khusus. Tetapi, seperti dialog antar agama, disiplin ilmu ini memuat tugas-tugas untuk memudahkan saling pemahaman (mutual understanding), untuk memperkuat tukar informasi yang substantif dan relevan antara sains dan agama; untuk menghasilkan pandangan terhadap konstruksi filosofis tentang konsepsi-konsepsi rasionalitas manusia dan terhadap pemberian arah bagi keputusan-keputusan praktis. 

Disiplin ilmu sains dan agama sangat penting dikembangkan oleh semua agama di Indonesia. Tidak hanya menjadi terobosan teologis, tapi juga terobosan sains. Membuka kesadaran sains dan agama dalam setting pendidikan agama dan pendidikan umum tentu saja sangat mendesak. Tidak akan ada lalu lintas intelektual tanpa ada konstruksi aktif agama-agama. 

Kedua, secara kultural harus dikembangkan dialog sains dan agama. Hubungan-hubungan antara teori-teori sains dan teori-teori agama harus dijelajahi. Misalnya, bagaimana hubungan teori Big Bang dan penciptaan, teori chaos dan perbuatan Tuhan, teori informasi dan wahyu, biologi molekuler dan kebebasan manusia, genetika sosial dan etika agama, dan sebagainya. Dialog antarsaintis dan agamawan adalah entry point. Saintis yang hanya berkutat pada penelitian saintifiknya dan tidak peduli sama sekali dengan agama cenderung picik dan dogmatis. Agamawan yang tidak peduli dengan sains cenderung sempit dan kesulitan menyikapi modernitas maka di perlukan dialog yang intens di antara dua kelompok yang sementara ini masih dianggap konflik.wallahualam bissahab..

HUBUNGAN ANTARA ILMU PENGETAHUAN DAN ISLAM

HUBUNGAN ANTARA ILMU PENGETAHUAN DAN ISLAM
oleh rusydin maghani 
(alumni uin yogyakarta dan guru fisika pada smpn 3 woha kab. bima)

Gagasan untuk memadukan dalam hubungan yang harmonis antara ilmu pengetahuan dan Islam sudah dimulai sejak tahun 1970-an. Gagasan ini dimunculkan oleh Sayyed Hoessein Nasr dalam bukunya yang berjudul The Encounter of Man Nature, yang kemudian gagasan ini dilanjutkan dalam pembicaraan serius pada konferensi dunia I tentang Pendidikan Muslim tahun 1977 di Makkah dan Islamabad, Pakistan tahun 1980. Tindak lanjut dari pertemuan itu, adalah munculnya istilah Islamisasi Ilmu Pengetahuan atau Sains. Berangkat dari pemikiran yang hampir sama, Sayyed Hoessein Nasr, Syed Muhammad Naquib al-Attas, Ismail Raji al-Faruqi, dan Zianuddin Sardar, mengangkat ide-ide tentang perlunya membangun kembali ilmu pengetahuan Islam walau dalam bentuk yang berbeda-beda. Untuk menyampaikan ide-idenya tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Zianuddin Sardar dan teman-temannya menerbitkan jurnal Afakar Inquiry dalam bahasa Inggris. Inti dari idenya adalah perlunya sistem ilmu pengetahuan yang sepenuhnya didasarkan pada nilai-nilai Islam.

Hal ini didasarkan pada sejarah peradaban yang melahirkan sistem ilmu yang berbeda-beda, sesuai dengan dominasi pemikirnya. Dan bahwa pengetahuan barat tidak dapat memenuhi kebutuhan material, kultural, dan spiritual masyarakat muslim. Menurut Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan tidak sekedar memberi “baju etis islami” yang hanya bersifat aksiologis kepada para ilmuwan dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan, tetapi juga masuk pada struktur terdalamnya. Hal ini dapat dilakukan melalui reformasi pendidikan.

Dengan kata lain, islamisasi ilmu pengetahuan adalah proses pengembalian atau pemurnian ilmu pengetahuan yang hakiki, yaitu tauhid, kesatuan makna kebenaran dan kesatuan sumber ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Sayyed Hoessein Nasr, untuk menghalang efek negatif ilmu pengetahuan dari barat dilakukan dengan pendekatan perspektif sufi dan tradisionalis serta mengganggap bahwa masalah yang merupakan dampak dari peradaban barat itu hanya masalah etika. 

Hal yang sama juga dikatakan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas. Al-Attas mengatakan bahwa skeptisisme yang tidak mengenal batas-batas etik dan nilai dari sistem ilmu pengetahuan barat adalah merupakan antitesa terhadap epistimologi Islam. Munculnya beberapa organisasi Ilmiah seperti Organisasi Mukjizat Ilmiah di Makkah, Yayasan Riset Qur’an Suci Islamabad di Pakistan, Ikatan Intelektual Pakistan, Jamaat-e-Islam Pakistan, dan beberapa kali pertemuan ilmiah seperti Konferensi Dunia Pendidikan Muslim, Konferensi International tentang Mukjizat Ilmiah Al-Qur’an dan Sunnah, Seminar International tentang Al-Qur’an dan Sains, merupakan salah satu bentuk penggalian hubungan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan. 

Salah satu pertemuan ilmiah yang membahas keterkaitan itu adalah Konferensi International tentang Mukjizat Ilmiah Al-Qur’an dan As-Sunnah, pada tanggal 18 Oktober 1987 di Pakistan. Pertemuan ini dihadiri oleh delegasi-delegasi dari berbagai negeri Muslim, yang diprakarsai oleh Universitas Islam International dan Organisasi Mukjizat Ilmiah di Makkah dan disponsori oleh pemerintah Saudi Arabia. Ada sekitar 70 penelitian oleh peserta senior yang disampaikan dalam konferensi itu, seperti, Komposisi Kimiawi Susu dalam Hubungannya dengan ayat 66 surat An-Nahl (16) dalam Al-Qur’an, Deskripsi Manusia, Makhluk Terbaik dalam Al-Qur’an, Deskripsi Kabut Tipis dalam Al-Qur’an, dan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan Fenomena Kelautan Modern. Jika dilakukan penelitian lebih mendalam, banyak penemuan-penemuan baru dari hasil eksperimen para ilmuwan modern ternyata telah disingkap dalam kitab suci agama jauh sebelum penemuan itu ada. 

Walaupun dalam prosesnya ilmuwan tersebut terkadang ada yang tidak melakukan melalui referensi kitab suci. Korelasi yang harmonis ditemukan dari kesimpulan atas percobaan yang dilakukan dengan beberapa ayat-ayat dalam kitab suci agama yang juga membahasnya, walaupun dalam bentuk global dan penuh penafsiran. Penulis tidak membahas tentang formulasi keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan agama, yang mana masih menjadi perdebatan sampai sekarang dengan munculnya ungkapan Sains Islami atau Sains Muslim, Saintifikasi Islam. Juga tidak memojokan apa yang disebut dengan Sains Sekular. Namun yang akan diungkap pada kesempatan  ini adalah adanya hubungan yang harmonis dengan kesimpulan yang saling mendukung antara hasil penemuan ilmuwan dengan konsep ilmiah yang diberitakan Islam melalui kitab suci Al-Qur’an. 

Para ilmuwan besar sepanjang zaman seperti Aristoteles hingga Einstein-pun akhirnya menyadari betapa ilmu pengetahuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan agama. Begitu juga sebaliknya, agama merupakan bentuk puncak dari kenikmatan dan ketinggian ilmu pengetahuan. Einstein menyadari dan yakin akan penciptaan alam semesta oleh suatu kecerdasan maha tinggi (Supreme intelegence). Bahwa keharmonisan dan kesempurnaan alam semesta bukan tanpa sebab atau kebetulan, akan tetapi merupakan pengaturan yang sangat cermat dan sempurna oleh Tuhan. 

Sebagaimana ungkapan Einstein yang mengatakan bahwa “Tuhan tidak melempar dadu”(Ungkapan ini terdapat dalam suratnya kepada Max Born sebagai tanggapan atas ketidaksetujuannya pada prinsip ketidakpastian dalam teori kuantum) dalam menciptakan semesta ini. Yang dimaksudkan dalam bermain dadu adalah proses penciptaan alam semesta betul-betul telah dirancang oleh Tuhan sedemikian sempurna, tidak karena suatu kebetulan seperti permainan dadu. Einstein juga menyatakan: “Emosi paling tinggi dan paling menakjubkan yang dapat kita alami adalah perasaan batin. Perasaan ini merupakan kekuatan dari semua ilmu pengetahuan yang sejati. … 

Untuk mengerti bahwa apa yang tak terjangkau oleh kita benar-benar ada, menjelmakan ujud dirinya menjadi kebijaksanaan yang tertinggi dan keindahan paling menyilaukan, hanya dapat dipahami oleh kedunguan kita dalam bentuknya yang paling primitif –pengetahuan ini, perasaan ini adalah pusat dari keagamaan.” (Einstein dalam L. Barnet, 1956). “Emosi yang paling indah dan paling mendalam yang dapat kita alami, ialah kesadaran akan hal spiritual (mistis). Kesadaran itu merupakan kekuatan segala ilmu pengetahuan yang sejati.” (Einstein dalam L. Barnet, 1956). 

Melalui perjalanan panjang dalam pemikirannya, Einstein sendiri akhirnya mengakui adanya wujud sebuah entitas Tuhan yang maha mengatur perjalanan jagad raya ini. Pengakuan ini merupakan bentuk lain dari dimensi keimanan seseorang yang mengakui keberadaan wujud Tuhan, dan merupakan elemen paling mendasar dan essensial. 

Creasy Morrison, mantan direktur Akademi Ilmu Pengetahuan New York, pernah membuat pernyataan, yaitu "ilmu pengetahuan dapat mendorong terciptanya iman bagi seseorang". Ungkapan senada juga disampaikan oleh seorang ilmuwan barat, John Clifford, dalam sebuah bukunya "Tuhan dapat menjelma di era ilmu pengetahuan". Orang sering bertanya "Apa yang ada sebelum ada langit dan bumi?". Yang ada hanyalah Allah. Karena Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Ada pula orang yang bertanya bagaimana mungkin ada terang sebelum matahari diciptakan? Manusia berpikir harus ada lampu dahulu. Setelah lampu dinyalakan baru ada terang. Itu cara manusia. 

Allah tidak terikat oleh cara manusia. Cara Allah SWT menciptakan ialah terang dahulu baru pada hari keempat Allah SWT menciptakan matahari. Mengapa tidak dapat? Ibarat menggambar suatu lukisan. matahari dapat digambar dahulu baru cahaya, tetapi dapat juga digambar cahaya dahulu baru matahari. Allah yang Maha Kuasa dapat menciptakan matahari dahulu baru cahaya, tetapi Allah dapat juga menciptakan cahaya dahulu baru matahari Ilmu pengetahuan memerlukan adanya simbiose dan keseimbangan dalam menjawab persoalan inti kehidupan manusia dengan ajaran dan keyakinan agama. Sehingga kesimpulan akhir bahwa agama sangat diperlukan merupakan hasil formulasi manusia itu sendiri, bukan dogma agama yang memaksa manusia untuk mempercayai itu. Bahkan bila sekalipun ditinjau dari aspek ilmu pengetahuan yang bersifat materialistik. 

Sebuah historis dapat dijadikan contoh yang lebih konkrit. Salah satu peristiwa mukzizat Nabi Muhammad s.a.w. adalah membelah bulan dengan satu gerakan jari telunjuknya, sebagai bukti ke-Nabiannya. Peristiwa ini disaksikan oleh segenap kaum Quraish yang tidak beriman. Penyangkalan mereka dilakukan dengan logika ilmu pengetahuan yang mengatakan bahwa, “Apabila telah terjadi pembelahan bulan, maka akan terlihat di seluruh dunia dan selanjutnya tercantum pada semua buku tentang sejarah umat manusia”. Padahal realitanya bahwa peristiwa tersebut adalah suatu keajaiban yang memang di luar akal manusia. Ditunjukan hanya bagi mereka yang menyangkal akan ke-Nabiannya. Terjadi secara sekejap dan ada rintangan menghalangi semua orang untuk menyaksikannya. Sehingga kesimpulan yang harus didasarkan dari bukti akan tidak berarti dan sia-sia untuk peristiwa seperti ini. Sebagian besar ilmuwan mendapatkan kesimpulan dari pengamatan dan eksperimen yang terjadi dengan hukum kausalitas. Setiap kejadian yang terkait kelihatannya terjadi dalam rangkaian sebab akibat, maka mengetahui akibat atau kejadian yang akan terjadi pada waktu selanjutnya tidak memerlukan pemahaman mengapa hal itu terjadi. Padahal jika dilakukan pemahaman yang lebih teliti, bahwa hukum sebab akibat akan berjalan pada suatu bentuk lingkaran. Setiap sebab sebenarnya juga merupakan akibat dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi sebelumnya, dan setiap akibat tentu saja sangat berbeda dari sebabnya. 

Kelemahan-kelemahan logika ilmu pengetahuan sebagaimana yang disebutkan di atas bukan berarti bahwa ilmu pengetahuan tidak berguna untuk mendukung ajaran agama. Bagi kaum agamawan, ilmu pengetahuan merupakan salah satu bentuk refleksi dari ajaran agama yang diwahyukan oleh Tuhan. Bahkan dalam Agama Islam diajarkan bahwa melakukan suatu penelitian atau pembelajaran terhadap alam semesta merupakan bagian dari ijtihad manusia dalam rangka memahami ayat-ayat Al-Qur’an sebagai bentuk peningkatan kualitas keberagamaannya. 

Para ilmuwan memahami banyak hal tidak dapat tersentuh dan terkendali oleh sains dan teknologi. Pada saat itu terjadi, maka hanya agamalah yang mampu menanganinya. Berbagai penemuan sains tidak dapat di eksploitasi semuanya, apalagi jika menyangkut kehidupan manusia, seperti cloning. Diperlukan etika untuk menghindari hal yang tidak terkendali dari penggunaan sains yang tidak terkontrol. Dan disinilah dibutuhkan peran agama sebagai norma untuk membatasinya. Agama bukan hanya mengatur bentuk hubungan antara manusia dengan Tuhan. Agama juga mengatur tentang hakikat tujuan akhir tiap manusia, selalu mendorong manusia untuk belajar dalam rangka agar dapat menjalani hidup dengan peradaban yang baik, etika hubungan antar makluk, termasuk tentu saja hubungan dengan penciptanya. 

Berbagai literatur yang ditulis untuk menyibak persoalan korelasi agama dan ilmu pengetahuan selalu mengkaitkan ajaran-ajaran agama yang terdapat di dalam kitab suci. Disisi lain ilmu pengetahuan akan mengandalkan penemuan-penemuan dari para ilmuwan yang telah didukung dengan eksperimen. Di situ dijelaskan tentang usaha manusia dalam rangka memahami ayat-ayat kitab suci bisa dilakukan dengan berbagai cara termasuk hasil penelitian dan penyelidikan para ilmuwan serta pendapat para fuqoha (ahli agama). Terdapat hubungan yang saling mendukung. Bahkan penyelidikan ilmuwan tadi dapat digunakan untuk memahami ajaran agama secara lebih ilmiah, kompresensif dan dianggap sebagai ijtihad atau usaha yang baik. 

Imam Alghazali dalam bukunya Ihya ‘Ulum Al-din, mengatakan bahwa ”jika seseorang ingin memiliki pengetahuan masa lampau dan pengetahuan modern, selayaknya ia merenungkan Al-Qur’an”. Merenungkan Al-Qur’an dalam memahami tentang ilmu pengetahuan, setidaknya dilandasi oleh dua hal utama, yaitu pertama sebagai landasan normatif awal akan pentingnya sains modern sebagai salah satu bagian dari kehidupan umat Islam yang tidak bisa dipisahkan dan menggelutinya sebagai salah satu bentuk aktivitas bernilai ibadah. Kedua, memberikan penjelasan bahwa fungsi sains dan teknologi bukan hanya dalam hal praktisnya yang digunakan untuk kemaslahatan umat guna membangun dunia muslim yang sebagian besar masih berada dalam keterbelakangan, melainkan juga dalam peranannya untuk membawa sang ilmuwan ke arah bukan hanya mengenal tetapi juga mengimani Sang Pencipta kehidupan ini yang tiada lain adalah Allah SWT. 

Dalam ilmu fisika, banyak sekali penemuan-penemuan hasil penyelidikan ahli fisika yang relevan dengan ajaran agama. Walaupun jika ditinjau dari segi waktu, ajaran agama-lah yang terbukti lebih dahulu memberitakan. Namun sekali lagi, terkadang ilmuwan juga menemukan hukum-hukum ilmu pengetahuan baru, tanpa terlebih dahulu membuka referensi dan fakta tersirat dalam kitab suci agama yang diturunkan jauh sebelum penemuan itu. Sehingga diperlukan kejernihan akal tanpa harus mempersoalkan mana yang terlebih dahulu memberitakan. Korelasi dan keharmonisan hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama-lah yang perlu diunggulkan untuk sementara ini. Berikut ini akan dilakukan perbandingan dan relevansi beberapa penemuan ahli fisika dan perkembangannya yang sesuai dengan konsep ajaran agama Islam. Pendekatan yang dilakukan melalui mekanisme akal yang diwakili oleh ilmu pengetahuan, dan pendekatan keimanan melalui surat-surat yang terdapat dalam Al-Qur’an. 

Namun sebelumnya juga harus disadari, bahwa kebenaran hakiki ilmu pengetahuan tidak dikenal, bisa saja teori fisika saat ini, hanya bertahan sementara saja dan tumbang oleh adanya fakta-fakta ilmiah terbaru. Teori atau fakta saat ini tentu lebih dianggap valid dibandingkan dengan penemuan terdahulu dan menggugurkan hukum atau penemuan sebelumnya. Uraian singkat di atas hanya sebagian kecil dari penggunaan penemuan ilmu pengetahuan yang dianggap modern oleh manusia, ternyata bukan hal baru bagi Allah SWT, karena Dia-lah yang menciptakan semua itu.

Selain itu juga betapa penemuan-penemuan ilmu pengetahuan pada dasarnya hanya menjelaskan lebih detail dan menformulasikan prosesnya sesuai dengan kemampuan akal manusia atas segala ciptaan Allah SWT yang teramati. Ilmu pengetahuan akan memberikan pengaruh yang baik bagi manusia untuk semakin meningkatkan keimanan dan kepercayaannya kepada Sang Pencipta. Sehingga yang diperlukan untuk ditingkatkan bukan pada perbedaan antara ilmu pengetahuan dan agama, namun korelasi positif antara keduanya. 

Sekali lagi menyetir ungkapan Einstein, bahwa “Ilmu tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu buta”( Ungkapan ini disampaikan Einstein sebagai bentuk keprihatinan setelah mendengar berita kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang yang hancur dan menewaskan sekitar 120.000 jiwa setelah diterjang bom atom yang mengakhiri Perang Dunia II. Einstein merasa bersalah karena keberadaan bom atom mengadopsi dari ide penemuannya), agaknya tepat untuk memotivasi manusia dalam mencari kekuatan-kekuatan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kemampuan religiusnya. 

Fisika modern dan kuantum, yang selanjutnya dikenal sebagai fisika baru telah berkembang dengan pesatnya. Perkembangan ini, sebagai imbasnya, mampu memberikan pencerahan yang pada zaman fisika klasik Newton dianggap sebagai hal yang irasional, aneh, dan tidak masuk akal. Misteri kefanaan dan kebakaan yang muncul dalam horizon peristiwa dapat disingkap melalui kemunculan black hole yang misterius. Fisika modern, dengan pijakan dasar teori relativitas Einstein dan fisika kuantum dengan pijakan persamaan Schrodinger telah membelah dunia menjadi dua dunia yang semuanya nyata dalam dunia yang berbeda – beda, dan disuguhkan secara apik melalui telaah sains populer dan filsafat sederhana. Fisika baru berusaha menampilkan fenomena – fenomena aneh dibalik semesta. 

Fisika baru berusaha menghampiri kebenaran demi kebenaran untuk mencapai pemahaman atas kebenaran hakiki yang bersifat universal dan mutlak. Melalui kekonsistenan dan kebenaran logis yang dimiliki fisika, akan di ungkap bagaimana fisika baru memandang dunia dari sudut pandang mekanika kuantum yang mengandalkan sifat statistik kebolehjadian apakah Tuhan hadir dalam penciptaan alam semesta, ataukah Tuhan sebgai pengamat yang berdiri dibalik tembok kaca tebal yang tidak ikut campur tangan, ataukah dalam penciptaan semesta tanpa dibutuhkan sang kreator, karena alam semesta lahir dari ketiadaan Pendidikan sains, termasuk Astronomi, tidak terlepas dari kebutuhan untuk membina generasi berikutnya agar wawasan ilmiah dapat dilanjutkan dan dikembangkan. 

Bidang astronomi banyak menampilkan penemuan – penemuan baru, bukan hanya menemukan benda langit kelas baru yang tidak diimpikan 10 bahkan 5 tahun yang lalu. Seperti halnya dengan penerapan teknologi baru untuk membpelajari cahaya (foton) dalam berbagai warna atau zarah yang berenergi dengan berbagai muatan dan massa (netrino, sinar kosmik), maka spesies baru ditemukan. Jagat yang dulu dicerminkan dalam bentuk orbit planet yang teratur dan tetap, dan terpusat pada bumi kita, kini telah berubah menjadi jagat yang dinamik, bergerak, penuh dengan isinya besar dan kecil serta eskotik. 

Bersama dengan berkembangnya fisika inti, teknologi, komputer dan dasar serta wawasan teoritis membuat astronomi dasawarsa terakhir mempunyai sejarah penemuan yang gemilang. Dari pendaratan – pendaratan di bulan, sampai pada penemuan molekul – molekul yang kompleks di ruang antar planet. Kalau beberapa waktu yang lalu astronom hanya mengira ada ruang antar bintang yang kosong (atau hanya terisi oleh atom – atom hydrogen) kini nyatanya lebih dari 22 buah molekul – molekul baru ditemukan mengisi ruang antar bintang itu. Jagat yang diperkirakan adem ayem, ternyata merupakan jagat yang eksplosif. 

Dua macam jagat hidup berkoeksistensi. Jagat yang panas dengan temperatur 1.000 milyar derajat berdampingan dengan jagat yang dingin, bintang – bintang seperti matahari kita (dengan suhu permukaan 6.000 kelvin), materi antar bintang (dengan temperatur hampir mendekati nol derajat absolut) dan bumi tempat kita hidup. Astroronomi dapat mendapatkan informasi tentang keberadaan objek langit dan fenomena – fenomena lain yang terjadi di alam semesta, bukan dengan membawa objek yang hendak diselidiki kelaboratorium di Bumi; karena selain jauh ukuran objek – objek itu pun sangat besar. Satu – satunya penghubung antara benda langit dengan manusia adalah cahaya benda langit tersebut yang dapat sampai kepermukaan bumi. Dari cahaya itulah para astronom mendapatkan informasi tentang benda langit yang memancarkannya dan tentang medium yang dilewati cahaya itu. Setiap langit yang memiliki cahaya sendiri pasti memancarkan gelombang elektromagnetik. Gelombang elektrimagnetik itu terdapat dalam berbagai panjang gelombang spekturm. Tetapi tidak semua panjang gelombang itu dapat sampai ke permukaan Bumi, karena atmosfir Bumi menyerap atau memantulkan sebagian gelombang itu. 

Islam datang dengan bersendikan pada metode ilmiah yang valid, kitab suci Islam Al-qur’an Al-Karim ini dibuktikan dengan surah yang pertama kali turun Al-Iqra ayat 1-5: Artinya : "
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah yang maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya". 

Al Qur’an telah membawa dimensi baru mengenai studi terhadap fenomena alam semesta dan membantu pikiran manusia untuk lebih banyak belajar serta menarik hikmah dari alam ini. Hal ini dituangkan dalam kitab suci Al qur’an surat 38 (shaad), ayat 27 sebagai berikut. artinya: Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah, yang demikian itu adalah anggapan orang – orang kafir, maka celakalah orang – orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka”. 

Dari beberapa ayat Al qur’an dapat diungkapkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan Al qur’an merupakan dua sisi yang kebenaran yang sama, karena keduanya adalah ayat Allah yang diturunkan kepada manusia. Alam berperilaku sesuai dengan hukum – hukum yang mendasarinya. Dalam surat 41 (Fushshilat) ayat 53 ditegaskan bahwa penggungkapan hukum alam tidak tergantung manusia. Alam dengan perilakunya yang dikenal dengan sunnatullah akan dapat dikenali hakikatnya dengan mengunakan akal dan pikiran, seperti disampaikan antara lain dalam surat 3 (Ali Imran) ayat 190 dan 191, surat 16 (An Nahl) ayat 11 dan 12, serta surat 10 (Yunus) ayat 101.

Al qur’an tidak memberikan kepada kita rumusan – rumusan yang khas tentang bagaimanakah gerangan materi dan energi, pada kondisi tertentu, dapat dipertukarkan tanpa ketimpangan sedikit pun. Tetapi, Al qur’an benar – benar memberikan penjelasan luas tentang keseluruhan pola yang ada di sepanjang waktu dan memastikan keseimbangan utuh dalam setiap rumus penciptaan. Pengenalan hakikat sunnatullah dengan mengunakan akal dan pikiran tersebut dilakukan dengan melalui proses ilmiah dengan mengunakan metode ilmiah, sehinga dapat menghasilkan produk ilmiah dalam bentuk iptek. Iptek, sebagai hasil usaha manusia untuk mengenali segenap ciptaan Allah, mempunyai potensi menyadarkan manusia akan kebesaran Sang Pencipta dan qudrat iradat – Nya. 

Iptek sekarang ini merupakan derivat dari hukum – hukum yang bersamaan dengan terciptanya alam semesta. Oleh sebab itu, kajian tentang proses awal terbentuk alam semesta sama artinya dengan kajian terhadap pangkal iptek.. melalui observasi yang teliti dan tepat serta pengkajian akan hukum – hukum yang mengatur gejala alam, manusia akan menemukan kesatuan penciptaan (‘unity of creation’) alam semesta. Sudah lama manusia berusaha untuk mendapat jawaban akan keberadaan kosmos ini, karena ia adalah bagian dari alam semesta. Jadi, masuk akal jika kemudian berkembang penelitian terhadap teori – teori lahirnya alam semesta. Hal yang menarik dari kajian pada bidang kosmologi adalah bagian yang menerangkan proses terjadinya alam semesta, karena Al qur’an banyak memberikan keterangan mengenai hal tersebut. Misalnya pada surat 21 (Al Anbiyaa’) ayat 30 Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? Dalam kosmologi alam semesta, kesemuanya merupakan hal yang sangat teratur, yang oleh karenanya kita bisa mempelajari dan merumuskannya sebagai ilmu.Bayangkan jika alam ini berjalan tidak teratur, maka kita tidak akan bisa merumuskan segala sesuataunya, yang akhirnya kita tidak bisa mewariskan kepada generasi berikutnya. Sungguh sesuatu yang menyulitkan bagi setiap generasi manusia, karena harus dia sendiri yang melakukan penelitian segala sesuatunya. Inilah kosmologi alam semsta yang seharusnya dapat menghantarkan kita tunduk kepada Sang Maha Pencipta Allah swt. Dalam kasus mendidihnya air, karakter air tersebut bukanlah sesuatu yang ditentukan atau yang diinginkan oleh air itu sendiri, sebab bila demikian maka air akan mendidih kapan saja dia mau, dan ternyata hal ini tidak terjadi. Oleh karena itu pada air itu ada sesuatu yang disebut dengan Nisbah Mu’ayanah yaitu karakter (ukuran – ukuran qodar atau kadar) sesuatu benda yang diberikan oleh sesuatu diluar benda itu sendiri. Dialah Allah yang menciptakannya dengan keteraturan tersebut. Firman Allah: Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (Q.S. Al Furqan :2) Demikian juga dengan benda – benda langit yang sangat teratur dan pasti, kita dapat memperileh ilmu meteorology, antariksa, dll. Allah menciptakan dengan keteaturan yang tinggi. Firman Allah: Artinya: Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Yasin: 38) Dengan pengamatan yang mendalam dan jernih kita akan sampai pada rahasia alam semesta yang diberikan oleh Allah. Oleh karena itu wajarlah jika para ilmuwan muslim seperti Al Birunu, Al Khawarizmi, Ibnu Sina, dll. Mampu menjelaskan fenomena alam tersebut dengan baik. Demikian juga James Watt mampu menemukn mesin Ketel Uap hanya karena ia mengamati fenomena air yang mendidih. Demikian juga Isac Newton mampu melahirkan teori fisikanya hanya dengan memperhatikan apel yang dilemparkan vertikal. Sementara itu dikenal beberapa teori kelahiran alam semesta yakni teori alam semesta statis, teori alam semesta berosilasi dan teori Big Bang. Sampai saat ini, berdasarkan hasil observasi, banyak diperoleh kesesuaian antara keterangan Al qur’an dengan teori Big Bang. Hal lain yang menarik adalah persaingan (kompetisi) antara teori Big Bang dengan hasil lainya. Ternyata, teori tandingan yang tidak sesuai dengan sunnatullah menemui kegagalan dengan ditemukannya bukti – bukti yang mendukung teori Big Bang. Sungguh, betapa agung kekuasaan yang dimiliki Allah SWT, dan merupakan hal yang sangat tidak bijak kalau kita mengingkarinya. Kita berkewajiban untuk selalu mempelajari apa yang ada di bumi dan di jagad raya ini. Benar – benar orang yang sombong jika kita tidak mau untuk mempelajarinya, karena pengetahuan kita amatlah terbatas dan sangat dangkal, yang sering mengakibatkan tidak menyadari akan kekuasaan Tuhan yang begitu luas. Tuhan sendiri terlepas dari ruang dan waktu, sehingga Dia mampu melihat kita secara keseluruhan. Segala yang ada di jagat raya ini sudah diatur sedemikian rupa hingga semuanya berjalan sesuai kehendak – Nya dalam gerakan rotasi, revolusi, dan spin secara terpadu dan harmonis. Tuhan Yang Maha Kuasa dapat menembus ruang dan waktu dan melaksanakan kehendak – Nya seperti yang pernah dilakukan rasulullah dalam perjalanan ruang waktu isra’ mi’raj. Al-qur’an, sebagai landasan operasional terbaik umat Islam khususnya dan manusia pada umumnya, membawa data deduksi dan berbagi macam persoalan yang patut untuk direnungkan, karena Al-qur’an adalah mu’zizat yang terbesar bagi Nabi Muhammmad S.A.W yang amat dicintai oleh umat muslimin yang didalamnya terkandung berbagai macam ilmu pengetahuan baik yang nampak maupun yang tidak nampak. Dari sudut pandang pencipta yang tidak berada dalam waktu tapi melampaui waktu, yang menjadi dasar waktu perbuatan mencipta, memelihara, dan mengahancurkan merupakan bagian dari sebuah lingkaran. Hakikat itu mencipta apa yang tampaknya menjadi sifat arah dalam waktu dan sebaliknya. Alqur’an yang berasal dari sumber penciptaan, menunjukan kepada kita dan memilah antara penciptaan, kisah manusia, pemeliharaan, dan hukum yang menata kehidupan ini serta kehancuran akhir. Tetapi, haruslah kita inggat bahwa seluruh makhluk hidup tercipta oleh perintah “jadilah” – sebuah embusan ke dalam jutaan tahun. Didalamnya tersimpan rahasia kehidupan. Allah berfirman, “Aku adalah perbendaharaan tersembunyi, dan Aku ingin dikenal. Maka kuciptakanlah makhluk, agar Aku dapat dikenal.” Tujuan penciptaan adalah untuk mengenal Tuhan dalam ranah waktu ini. Allah menciptakan segala sesuatu berpasang – pasangan, yang setiap aspek penciptaan didasarkan atas keseimbangan lawannya. Kenyataan ini dengan jelas dipaparkan diseluruh Al qur’an. Realitas dalam “lembaran“ berisi segala sesuatu yang dapat kita alami. Keutuhan Al qur’an tak lain karena keutuhan sang pencipta. Kita (manusia) hanya sekedar mengambil aspek – aspek sebagai manusia yang dapat dikembangkan. Pola yang diambil saling berkait erat dan bersifat multi dimensional sehingga didalamnya awal dan akhir menjadi tidak bermakna. Di mana Allah berawal dan berakhir? Nabi saw bersabda, “Tujuh lapis langit, dan segala sesuatu apa yang ada didalamnya dan diantaranya, dan tujuh lapis bumi, dan apa yang ada didalamnya dan diantaranya, adalah tak lebih dari sebuah cincin yang dilemparkan ke suatu padang tandus,”ini membuktikan ketakbermaknaan langit dan bumi dari sudut pandang sang pencipta. Kita berada dalam keterbatasan makhluk. Tetapi sang pencipta tidaklah terbatas, dan firman sang pencipta adalah Al qur’an. Dan perdebatan tentang konsep penciptaan alam semesta itu sendiri dimulai dari zaman klasik sampai di zaman modern ini, dan konsep konsep itu terus disempurnakan hingga sekarang dan selalu berubah - rubah sepanjang sejarah bergantung pada tingkat kecanggihan alat - alat dan sarana observasinya dan juga pada tingkat kemajuan fisika itu sendiri. Pada dasawarsa pertama abad ini para ahli fisika mempunyai konsepsi bahwa sesuai dengan hasil observasi mereka bahwa jagat raya ini tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga, sebab kalau terbatas maka bintang dan galaksi yang ada di tepi akan merasakan gaya gravitasi dari satu sisi saja, sehingga benda-benda langit itu akan mengumpul pada pusat tersebut karena kecenderungan seperti ini tidak pernah tampak pada pengamatan maka orang berkesimpulan bahwa alam ini tidak terbatas. Namun disisi yang lain berdasarkan hasil observasi para fisikawan di laboratorium, bahwa materi itu kekal adanya apapun reaksi yang terjadi baik kimia maupun fisis tetapi massanya tidak pernah hilang. Dengan konsepsi seperti ini sudah barang tentu gagasan semacam itu tidak sesuai dengan ajaran Islam sebagai yang terkandung dalam Al-qur’an yang menyatakan bahwa Allah-lah yang Kadim dan Dia-lah yang baka. Konsepsi tentang alam yang kekal itu sebenarnya datang dari Newton, yang melontarkan tentang konsepsi sekitar akhir abad XVII dan ditegaskan oleh Lavoiser sekitar akhir abad ke XVIII dan diperluas oleh Einstein pada abad ini menjadai kekekalan massa dan energi. Pada tahap ini para ilmuwan fisika mempunyai konsepsi yang bertentangan dengan ajaran agama kita (Islam). Sedangkan dalam Al-qur’an yang diturunkan sekitar 14 abad yang lalu mengandung uraian secara garis besar tentang penciptaan alam semesta ini, yang harus “dibaca“. Tetapi sayang tidak semua umat Islam mampu membaca dan menelaah secara kritis terhadap Al-qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam dan sebagai landasan operasional kehidupan di alam semesta ini. Dan hanya orang-orang yang peduli dengan kemajuan dan kejayaan agama Islam-lah yang mau mengkaji, menelaah dan melakukan studi kritis terhadap Al-Qur'an. Dalam surah Ali Imran ayat 190 allah berfirman: Artinya :"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal". Dan dilanjutkan dengan ayat 191 surah Ali Imran Artinya :"Yaitu orang-orang yang mengingat Allah ketika berdiri sambil duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) ya Tuhan kami tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. Dalam ayat diatas terkandung makna fenomena keteraturan penciptaan langit dan bumi (alam semesta) bahwa alam semesta langit dan bumi tidak diciptakan dengan sia – sia, melainkan dengan maksud yang sangat tinggi. Di sana kita di tuntut untuk dapat mengambil tanda – tanda (ayat) kebesaran Pencipta. Dan selalu menginggat kebesaran dan keagunggan Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu dengan kehendak – Nya agar kita menyembah - Nya. Banyak informasi yang ada dalam Al qur’an ini sesuai dengan yang ada di dunia eksternal. Allah-lah yang telah menciptakan alam semesta dan karenanya memiliki pengetahuan tentang semuanya itu. Allah juga yang telah menurunkan Al qur’an. Singkatnya Allah menurunkan Al qur’an sebagai petunjuk bagi orang – orang yang beriman. Al qur’an menjelaskan kepada manusia cara menjadi hamba Allah dan mencari ridha – Nya. Disamping itu, Al qur’an juga memberi informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta, kelahiran manusia, struktur atmosfir, dan keseimbangan di langit dan di bumi. Kenyataan bahwa informasi dalam Al qur’an tersebut sesuai dengan temuan terbaru ilmu pengetahuan modern adalah hal penting. Mungkin sikap yang jauh lebih penting untuk kita adalah mengakui bahwa ternyata banyak sekali ayat Al qur’an yang memiliki keselarasan dengan fakta yang terjadi di alam semesta. Dan pada tahun 1929 dunia kosmologi digemparkan oleh sebuah konsepsi baru tentang alam semesta ini dan mengubah secara radikal konsepsi para ahli kosmologi dan para pakar fisika mengenai munculnya alam semesta ini, sebab pada tahun itu Edwin Hubble yang mempergunakan teropong bintang terbesar didunia, seseorang melihat galaksi-galaksi di sekeliling kita (mengunakan teropong bernama teropong Hubble) yang nama teropongnya untuk menghormati Edwin Hubble sebagai penemunya, yang menurut analisisnya pada spektrum cahaya yang dipancarkan menjauhi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya di bumi (teori ini lahir sebelum Hubble), yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan kita dan ini membuktikan bahwa alam ini tidak statis melainkan dinamis. Dari perhitungan perbandingan jarak dan kelajuan gerak masing-masing galaksi yang teramati para astronom menarik kesimpulan bahwa semua galaksi dijagat raya ini semula bersatu padu dengan galaksi kita Bima Sakti sekitar 12 milyar tahun yang lalu. 

Dan hal ini juga diperkuat oleh Gamov, Alpher dan Herman, mengatakan bahwa pada suatu saat itu terjadi ledakan yang maha dahsyat yang melemparkan materi seluruh jagat raya ini ke semua arah yang kemudian membentuk bintang-bintang dan galaksi. Dentuman besar itu terjadi ketika seluruh materi kosmos keluar dengan kerapatan yang sangat besar dan suhu yang sangat tinggi dan volume yang sangat kecil. Alam semesta ini lahir dari singularitas fisis dengan keadaan ekstrem , nyata disini bahwa akhirnya fisika mengakui bahwa semula alam semesta tiada tetapi kemudian tercipta dari ketiadaan sekitar 12 milyar tahun yang lalu. 

Dan hal ini sesuai dengan ajaran islam yang tertera dalam Al-qur’an surah Al-Anbiyaa ayat 30 yang berbunyi : 
Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Dari ayat yang tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa antara langit dan bumi berada dalam satu titik, titik singularitas yang merupakan volum yang berisi seluruh materi, sedangkan ledakan mereka terjadi dalam suatu ledakan yang dahsyat sehingga tercipta universum yang berekspansi. Dan mengenai ekspansi alam ini juga dijelaskan dalam ayat 47 surah adz-Dzaariyat. Artinya: Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa

Tuhan telah nyata menyampaikan lewat nabi dan rasulnya muhammad maka bukti apa lagi yg bisa mmbantahnya...maha benar allah dengan segala firmannya dan muhammad rasul allah...