MOTTO HIDUP :

Allah adalah Tuhanku, Muhammad adalah Nabi dan Rasulku, Qur’an Hadis adalah landasanku, Alam semesta adalah sumber inspirasiku, Ibadah dan amal adalah esensi kemanusiaanku, Insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang di ridhoi oleh Allah SWT adalah tujuanku, Jarak (s) adalah kecepatan (w) dikali waktu (t) adalah semangatku, Yakin usaha sampai adalah semboyanku

Kamis, 02 Juli 2009

Apakah hari kiamat kekal ?

Apakah hari kiamat kekal ?

(bagian dua)

oleh: R u s y d i n m a g h a n i

anggota pusat studi perpaduan islam-iptek yogyakarta

Pada bagian satu kami sudah menjelaskan bahwa hari kiamat tidak kekal maka pada bagian kedua ini kami akan menjelaskan mengenai hari kimat adalah sesuatu yang kekal.

Kaum muslim yang berpendapat akhirat itu kekal mendasarkan pendapat mereka dari ayat-ayat al-Qur’an yang jelas-jelas mensifatkan alam akhirat itu "kekal". Mereka yakin sekali bahwa kata "kekal" yang melekat pada alam akhirat adalah betul-betul menggambarkan keadaan akhirat secara lugas. Apalagi kata "kekal" seringkali diulang-ulang untuk mengiringi kondisi akhirat, baik surga maupun neraka, sebagai bentuk penegasan atau legitimasi bahwa akhirat itu kekal.

1. Logika Agama

Allah menjanjikan kepada orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, (akan menempati) syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di Syurga ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (QS. At-Taubah, 9: 72).

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam syurga-syurga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah, 2: 25).

Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni syurga; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah, 2: 82).

Setidaknya terdapat 69 ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang kehidupan surga dan neraka sebagai tempat akhir kehidupan manusia dan hari pembalasan yang "kekal", yaitu: Al-Baqarah (2), ayat 25, 39, 81, 82, 218, 257, dan 275, Ali ‘Imran (3), ayat 15, 107, 116, 136, dan 198, An-Nisaa’ (4), ayat 13, 14, 57, dan 93, Al Maaidah (5), ayat 37, 80, 85, dan 119, Al An’aam (6), ayat 128, Al A’raaf (7), ayat 20, 42, dan 36, At Taubah (9), ayat 63, 68, 72, 89, dan 100, Yunus (10), ayat 26 dan 27, Huud (11), ayat 23, 107, dan 108, Ar-Ra’d (13), ayat 5, Ibrahim (14), ayat 23, An Nahl (16), ayat 29, Al Kahfi (18), ayat 108, Thaahaa (20), ayat 76, 127, dan 131, Al Anbiyaa’ (21), ayat 99, dan 102, Al Mu’minuun (23), ayat 11 dan 103, Al Furqan (25), ayat 65, 69, dan 76, Al Ankabuut (29), ayat 58, As-Sajdah (32), ayat 14, Faathir (35), ayat 35, Az Zumar (39), ayat 72, dan 73, Al Mu’min (40), ayat 76, Fushshilat (41), ayat 28, Az Zukhruf (45), ayat 71, dan 74, Muhammad (47), ayat 15, Qaaf (50), ayat 34, Al Haddid (57), ayat 12, Al Mujaadilah (58), ayat 17, dan 22, Al Hasyr (59), ayat 17, At Taghaabur (64), ayat 9 dan 10, At Thalaaq (65), ayat 11, Al A’laa (87), ayat 17, Al Bayyinah (98), ayat 6 dan 8.

Berulang-ulangnya Al Qur’an menyebutkan kekal sebagai sifat akhirat, menjadikan suatu keyakinan bahwa akhirat itu memang betul-betul kekal. Kekal seperti apa? itulah rahasia Allah SWT. Yang jelas tidak mampu manusia untuk menjelaskan hal itu, karena akhirat di luar jangkauan akal secerdas apapun manusia.

Dimensi waktu tidak berlaku bagi Allah SWT. Dia tidak mengenal siang dan malam, sebelum dan sesudah, masa sekarang atau masa akan datang. Karena dimensi waktu juga merupakan makhluk ciptaan Allah SWT. Dia Maha Ada sebelum semuanya ada dan akan tetap kekal abadi pada saat semuanya telah tidak ada kembali. Allah SWT telah ada sebelum waktu diciptakan dan akan tetap ada sekalipun dimensi waktu ditiadakan. Surat Al-Hadiid (57), ayat 3, yang menyatakan "Dia-lah yang Maha Pertama dan Maha Terakhir", bukan berarti Allah SWT ada hanya saat permulaan dan terakhir untuk pada akhirnya berakhir.

2. Logika Ilmu Pengetahuan

Kata "kekal" atau "abadi" atau "kekal selama-lamanya" menurut ilmu pengetahuan berhubungan dengan masalah waktu. Tentu saja, menurut nalar yang manusia pahami, jika akhirat dikatakan kekal, maka ada dimensi waktu yang berlaku di alam akhirat. Dimensi waktu yang sangat berbeda sekali dengan dimensi waktu yang di alami manusia di Bumi ini. Sehingga jika manusia dikatakan mengalami kekal di alam akhirat, maka manusia akan hidup tanpa memiliki batasan waktu atau kekal atau abadi selama-lamanya.

Berdasarkan logika ilmu pengetahuan, khususnya ilmu fisika, penulis menggunakan rujukan relativitas khusus, terutama tentang dilatasi waktu. Menurut teori relativitas, kondisi tanpa mengalami pertambahan usia pada makluk hidup bisa saja terjadi jika berada dalam kondisi tertentu. Kondisi yang dimaksud adalah ketika manusia melakukan perjalanan dengan kecepatan sama dengan cahaya (299.792.458 meter per detik). Dengan bergerak pada kecepatan cahaya, yang dianggap memiliki kecepatan paling tinggi (terlepas bahwa pada saat ini sudah dilakukan penemuan bahwa kecepatan cahaya bisa diperlambat, atau bahkan dihentikan sama sekali), manusia akan mendapatkan usianya tidak bertambah alias kekal usia.

Pengujian terhadap teori relativitas ini sudah berulang kali dilakukan dan hasilnya menunjukan kemungkinan-kemungkinan yang diramalkan teori ini, walaupun belum sampai pada gerakan secepat cahaya. Jika muncul pertanyaan, apakah ada kemungkinan manusia melakukan perjalanan dengan kecepatan cahaya? Tentu saja dimungkinkan jika Allah SWT menghendaki.

Allah SWT memberikan keistimewaan pada Nabi Muhammad s.a.w. dalam peristiwa isra’ mi’raj yang perjalanan yang sangat jauh tapi dapat ditempuh dengan waktu yang relatif pendek. Dalam bab sebelumnya telah dibahas, bahwa kecepatan yang dicapai Nabi s.a.w. sangat cepat, bahkan lebih cepat berlipat-lipat dibandingkan dengan kecepatan cahaya.

Nabi Muhammad s.a.w. adalah manusia pilihan Allah SWT telah diperlihatkan keadaan surga dan neraka pada peristiwa itu. Jika Nabi s.a.w. mengalami peristiwa luar biasa itu, apakah manusia biasa memungkinkan untuk itu? Kemungkinan akan selalu ada, karena kehidupan manusia sudah berpindah ke kehidupan akhirat yang sangat berbeda dengan keadaan dunia.

Mungkin akan muncul pertanyaan, apakah manusia mungkin akan mampu bergerak dengan kecepatan cahaya, jika itu merupakan syarat dari kekekalan waktu? Bukankah obyek padat semakin berat jika menjelajah semakin cepat? Ketika mencapai kecepatan cahaya, objek akan semakin berat. Dengan demikian, hanya obyek tak bermassa, seperti cahaya yang dapat bergerak setara dengan cepat rambat cahaya.

Secara realitas, ketika seseorang pilot pesawat tempur menambah kecepatan pesawat secara tiba-tiba dengan kecepatan yang tinggi, maka akan mendadak hilang kesadaran (black out). Penjelasannya biasanya dikarenakan jantung pilot tidak cukup kuat untuk memompa darah ke kepala. Jika kecepatan semakin dinaikan, maka akan terasa tekanan yang hebat di dada. Tangan susah di gerakan dan sang pilot akan terpaku kuat-kuat di atas kursi. Mulut menganga lebar, mata melotot seolah mau mencelat keluar dari kelopak, dan darah mengalir dalam tubuh menolak naik ke otak. Perlahan kesadaran habis dan mungkin dalam tempo beberapa menit sang pilot akan mengalami kematian. Keadaan ini terjadi jika dilakukan penambahan percepatan pesawat dengan kecepatan yang sangat tinggi dan dalam waktu singkat atau tanpa dilakukan secara bertahap.

Pertanyaan di atas wajar saja timbul, karena secara realitas hal itulah yang akan manusia alami jika mengalami percepatan untuk mencapai kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Karena sebenarnya karena manusia berada pada medan gravitasi Bumi dengan nilai tertentu.

Penjelasannya coba diuraikan dengan sebuah peristiwa biasa. Ketika seseorang merasakan pantat mendapat tekanan secara terus menerus dari kursi yang ditempati, dan efeknya akan menimbulkan rasa pegal dan panas jika kita duduk dalam waktu lama, walaupun di atas kursi seempuk apapun. Gaya yang muncul di pantat tersebut merupakan hasil dari tarikan gravitasi. Jika tidak ada penghalang, maka gaya tersebut akan mempercepat orang itu jatuh ke Bumi. Gaya yang menghalangi percepatan orang itu sehingga tidak tembus ke bawah kursi adalah gaya tolak tanah yang bekerja berlawanan arah dengan gravitasi. Gaya itu bekerja pada fondasi dan rangka baja rumah, lalu mendesak lantai ruang tempat orang tersebut duduk dan akhirnya kursi orang tersebut. Pada gilirannya, gaya itu melawan tekanan badan orang itu yang menempel pada kursi. Jika Bumi dua kali lebih tumpat dari semula dengan diameter tetap, tekanan di pantat orang itu akan naik dua kali lipat. Tolakan ke atas akan di imbangi oleh gravitasi yang meningkat dua kali lipat.

Ilmu pengetahuan telah membawa manusia untuk dapat merekayasa mengurangi efek tekanan balik sebagai mana yang dialami oleh peristiwa di atas ataupun pada pilot pesawat. Biasanya para pilot juga menggunakan pakaian dengan desain khusus untuk mendesak darah yang berkumpul di kaki pilot naik ke kepala sehingga pilot tetap sadar waktu dilakukan percepatan. Selain itu juga dilakukan suatu prosedur khusus ketika pilot akan menambah kecepatan dari keadaan diam ke kecepatan, misalnya 150.000 km/ detik atau kira-kira separuh kecepatan cahaya, dengan dilakukan secara bertahap agar badan tidak hancur selama proses percepatan.

Selain dengan pakaian khusus tersebut, juga pesawat dilengkapi dengan sistem peredam kejut. Alat tersebut akan menciptakan suasana gravitasi buatan dalam pesawat yang menarik benda berlawanan arah dengan gaya reaksi sehingga saling meniadakan reaksi atas percepatan.

Kehidupan manusia di dunia, khususnya di planet Bumi ini pada dasarnya juga dalam kondisi bergerak dengan kecepatan tinggi. Bumi berotasi pada porosnya kira-kira 1.000 mil per jam dan berevolusi mengitari matahari dengan rata-rata kecepatan 20 mil per detik. Dan penghuni Bumi tidak merasakan adanya gerakan cepat itu, seolah-olah Bumi itu diam. Sama seperti analogi yang sering digunakan Eintein, tentang kondisi di mana manusia tidak mengetahui apakah dia sedang bergerak atau tidak ketika sedang berada dalam lift yang jatuh bebas. Atau seperti peristiwa ketidaktahuan manusia jika menjatuhkan buah apel di dalam pesawat terbang yang sedang bergerak. Karena fenomena yang ditangkap hanya buah apel tersebut jauh ke lantai saja. Sama seperti ketika berada dalam keadaan diam (di luar pesawat terbang), maka apel jika dijatuhkan akan bergerak ke arah yang sama yaitu ke lantai.

Jika kehidupan akhirat kekal tanpa mengalami pertambahan usia bagi penghuninya, maka menurut teori relativitas, akhirat harus bergerak dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaya (c). Dalam kondisi demikian akan terjadi pemuluran waktu hingga tidak terjadi pertambahan usia sama sekali bagi penghuninya.

Selanjutnya untuk melakukan analisa ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan formulasi relativitas waktu, penulis merujuk dua ayat yang dirasa dapat mewakili analisa secara umum. Kedua ayat Al-Qur’an tersebut adalah surat As-Sajdah (32), ayat 5, yang menyebutkan bahwa 1 (satu) hari di langit sama dengan 1.000 (seribu) tahun di Bumi. Selain itu dalam surat Al-Ma’arij (70), ayat 4, yang menyebutkan bahwa 1 (satu) hari sama dengan 50.000 (lima puluh ribu) tahun di Bumi.

Analisa pertama merujuk pada surat As-Sajdah (32), ayat 5. Jarak yang ditempuh Sang Urusan (sinyal) selama satu hari sama dengan jarak yang ditempuh bulan selama 1.000 tahun atau 12.000 bulan.

C . t = 12.000 . L

Dengan C, sebagai kecepatan Sang Urusan, t waktu selama satu hari, L panjang rute edar bulan selama satu bulan. Untuk menghasilkan nilai C yang sama persis dengan nilai cepat rambat cahaya yang sudah diketahui, maka waktu yang dialami oleh Sang Urusan dikalikan dengan panjang rute edar bulan selama satu bulan (L).

Selanjutnya dilakukan analisa dengan Sistem Kalender Sidereal. Sebagaimana diketahui bahwa terdapat dua macam sistem kalender bulan, yaitu :

1. Sistem Sinodik, didasarkan atas penampakan semu gerak bulan dan matahari dari bumi. 1 hari = 24 jam, 1 bulan = 29,53059 hari
2.

Sistem Sidereal, didasarkan atas pergerakan relatif bulan dan matahari terhadap bintang dan alam semesta. 1 hari = 23 jam 56 menit 4,0906 detik = 86164,0906 detik, 1 bulan = 27,321661 hari

Rute bulan selama satu bulan sidereal bukan berupa lingkaran, melainkan berbentuk kurva yang panjangnya L = v . T. Kecepatan bulan (v), memiliki dua tipe, yaitu: pertama Kecepatan relatif terhadap bumi yang bisa dihitung dengan rumus berikut: , Dengan R sebagai jari-jari revolusi bulan = 384.264 km, dan T sebagai periode revolusi bulan = 655,71986 jam. Kedua, Kecepatan relatif terhadap bintang atau alam semesta. Menurut Einstein kita harus mengeliminasi faktor gravitasi matahari. Gravitasi matahari membuat bumi mengelilingi matahari dengan waktu revolusi 365,25636 hari. Satu kali revolusi bulan (sistem sidereal) membutuhkan waktu 27,321661 hari, telah membuat bumi berputar sebesar

α = 27,321661/365,25636˚

= 26,92848˚

Putaran ini harus di eliminasi. Kecepatan bulan tanpa putaran terhadap matahari bukan lagi v, melainkan mengalikan nilai v dengan cosinus α, sehingga: , Dengan α adalah sudut yang dibentuk oleh revolusi bumi selama satu bulan sideral α = 26,928480, jadi = 2

= 3.682,07 km/jam

Jadi :

C . t = 12.000 . L

C . t = 12.000 . v. T

C . t = 12.000 . () . T

C = 12.000 . . cos α . T / t

C = 12.000 . 2682,07 km/jam . 0,89157 . 655,71986 jam / 86164,096 detik

C = 299.792,5 km/ detik = 299.792.500 m/ detik

Dari perhitungan di atas, didapatkan kecepatan Sang Urusan (C) sebesar 299.792.500 m/ detik atau mendekati cepat rambat cahaya di ruang hampa sebesar 299.729.458 m/ detik. Dengan kata lain C = c.

Dalam surat As-Sajdah (32), ayat 5, terdapat kata-kata "menurut perhitunganmu" (مِّمَّا تَعُدُّ وْنَ). Artinya perhitungan perbandingan 1 (satu) hari di sisi Tuhan sama dengan 1000 (seribu) tahun manusia, menurut perhitungan manusia sebagai acuannya. Sehingga, manusia yang di Bumi dapat diambil sebagai acuan.

Menurut teori relativitas Einstein, malaikat bergerak terhadap manusia dapat juga sama dengan manusia di bumi yang bergerak terhadap malaikat. Dengan demikian jam pengamat di bumi yang mengukur waktu tempuh adalah jam yang bergerak terhadap kejadian. Dengan formulasi:

Dimana adalah selang waktu yang dinyatakan oleh jam yang bergerak terhadap kejadian. adalah selang waktu yang dinyatakan oleh jam yang bergerak terhadap kejadian. v adalah kecepatan malaikat dan c adalah cepat rambat cahaya. Untuk menjelaskan surat As-Sajdah (32), ayat 5, yang menyebutkan 1 (satu) hari manusia sama dengan 1000 (seribu) tahun Tuhan, maka dapat dijelaskan sbb 1 hari = 1.000 365 hari = 365.000 hari, maka,

v = 0,9999999999962469506473939706336 c

Untuk menjelaskan surat Al-Ma’arij (70), ayat 4, yang menyebutkan bahwa 1 (satu) hari malaikat sama dengan 50.000 (lima puluh ribu) tahun manusia, maka dapat dijelaskan sbb: 1 hari = 50.000 365 hari = 1.8250.000 hari, maka

v = 0,9999999999999984987802589604042 c

Sebagai perbandingan atas perhitungan yang telah dilakukan:

1. Hasil hitung di atas: C = 299792,5 km/detik,
2. US National Bureau of Standards: C = 299.792,4574 + 0,0011 km/detik,
3. The British National Physical Laboratory: C = 299.792,4590 + 0,0008 km/detik,
4. Konferensi ke-17 tentang Ukuran dan Berat (General Conference on Measures), "1 meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa selama 1/299792458 detik"
5. Terlihat bahwa kecepatan malaikat sangat mendekati kecepatan cahaya. Sebagaimana yang diketahui bahwa malaikat terbuat dari cahaya. Maka mungkin saja memang kecepatan malaikat adalah c itu sendiri.

Jika kecepatan malaikat adalah c itu sendiri, sehingga v = c, maka menurut teori relativitas Einstein

Dalam artian, nilai dari ∆t itu tidak dapat ditentukan atau memiliki nilai yang tak terhingga jawabannya. Sehingga pernyataan 1.000 = 50.000 dapat dimaklumi.

Kesimpulan yang dapat diambil atas uraian di atas, jika kehidupan manusia di alam akhirat bersifat kekal, maka manusia akan mengalami dimensi waktu sebagaimana contoh pada ayat As-Sajdah (32), ayat 5 yang mana dimensi waktu 1 (satu) hari di sisi Tuhan sama dengan 1.000 (seribu) tahun manusia di alam dunia, atau pada surat Al-Ma’arij (70), ayat 4, yang menyebutkan bahwa 1 (satu) hari malaikat sama dengan 50.000 (lima puluh ribu) tahun manusia. Namun bisa juga dimensi waktu yang berlaku lebih lama lagi sampai tak terhingga atau kekal.

Kemungkinan besar tempat manusia berpijak (jika di dunia bernama Bumi) di alam akhirat-lah yang bergerak dengan sangat cepat. Maksudnya bukan manusia itu sendiri yang bergerak, namun tempat dia berpijak di alam akhirat. Sebagaimana Bumi yang bergerak ketika ditinggali manusia di alam dunia.

Selanjutnya manusia akan mengalami kehidupan kekal selama-lamanya sebagaimana yang telah dikhabarkan oleh Al-Qur’an. Bukankah sejarah manusia di dunia juga pernah mencatat peristiwa Ashabul-Kahfi yang tidur selama 309 tahun dan tidak mengalami pertambahan usia. Jika diukur dalam usia manusia biasanya, peristiwa itu jelas tidak mungkin. Tak lain peristiwa itu sebagai bentuk kekuasaan Allah SWT.

Allah SWT adalah sang penguasa alam. Bukanlah kesulitan bagi-Nya untuk memberikan kehidupan yang kekal pada hari pembalasan kepada manusia yang telah menyembah-Nya dan menempatkannya di surga sebagai bentuk kenikmatan yang tiada terkira. Bukanlah juga suatu kesulitan bagi Allah SWT untuk memberikan siksa yang kekal bagi makhluknya yang mengingkarinya di neraka kelak. Sehingga ilmu pengetahuan dan kemampuan akal manusia hanya sebatas menebak sesuai dengan kemampuan akalnya akan penerjemahan dari ketentuan Allah SWT. Pada saat semua daya dan kemampuan manusia telah dikerahkan untuk memahami ketentuan tersebut serta menemukan beberapa jawaban yang bersifat hipotesa, maka langkah terakhir adalah mengembalikan semua kepastian pada ketentuan-Nya. Semoga tuhan tetap membimbing kita pada jalan yang benar…amiin…..

Tidak ada komentar: